Coretan Kisah Pejuang Impian - News Value

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sabtu, 17 Maret 2018

Coretan Kisah Pejuang Impian

Dua puluh tahun lalu aku lahir ke dunia ini tepatnya tanggal 07 juli 1997. Aku lahir di gubuk sederhana milik orang tuaku. Namaku Lilis Syamsul, aku adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara. Aku memiliki 1 orang kakak laki-laki, 4 orang kakak perempuan dan 1 orang adik perempuan. Aku dan 6 orang saudaraku dibesarkan dengan kasih dan sayang kedua orang tuaku. Pekerjaan orang tuaku adalah petani yang penghasilannya tidak menentu. Jika dipandang dari segi pekerjaan dan penghasilan, tentu aku bukanlah berasal dari keluarga yang memiliki kekayaan materi. Meskipun begitu,  aku tak pernah merasa minder jika harus bergaul dengan teman-teman seusiaku yang kaya secara materi. Aku bersyukur lahir dari keluarga sederhana, karena kesederhanaan itulah yang membangkitkan motivasiku untuk terus mengejar mimpiku. 
   
      Di usia 7 tahun,  aku pertama kali mengenal yang namanya pendidikan di sekolah. Orang tuaku mendaftarkan aku sekolah di SDN model 168 sumbang dengan harapan aku bisa menjadi orang yang kaya ilmu. Ketika hari libur tiba, aku bangun pagi-pagi dan bergegas pergi ke kebun bersama ayahku dan 5 orang kakak ku. Ketika berangkat, perjalanan sejauh 3 km harus di tempuh dengan mengandalkan kekuatan otot kaki. Tak ada kendaraan yang bisa digunakan. Saat perjalanan ayahku tak pernah membiarkan aku jalan kaki, ia selalu menaikkan aku di pundaknya mulai start dari rumah hingga tiba dikebun aku tak pernah berjalan kaki begitu pun saat pulang. Boleh di kata bahwa aku adalah anak kesayangan ayahku. Ayahku adalah sosok laki-laki yang perfect dimata keluarga. Sosoknya yang penyabar dan penyayang membuat ia disukai banyak orang. Berbeda dengan ibuku yang berwatak keras namun penyayang. Saat aku berada di kelas 5 SD, ayahku jatuh sakit. Masih ku ingat sekali saat itu gerimis sekitar pkl 18:20 ia memanggil namaku, "Lilis, Lilis, Lilis" . Tentu saja aku langsung menjawab panggilannya dan langsung menemuinya. Betapa kagetnya aku saat ia berkata, umurku tidak lama lagi barusan aku muntah darah. Tak lama setelah ia mengatakan itu aku memanggil anggota keluarga lainnya dan membantu ayah duduk di sebuah kursi tua. Sekitar pkl 19:10 ia memuntahkan begitu banyak darah dan langsung di bawa ke puskesmas dan dirujuk ke RSUD MASSENREMPULU.  Aku menangis dipangkuan ibuku sambil berkata ma, aku tak ingin kehilangan sosok penyabar itu aku tak mau. Ibu mencoba menenagkan aku dengan kalimat " dia tak akan meninggalkan kita,  dia pasti sembuh". Tanggal 9/06/2009 pukul 14:10 takdir berkata lain. Tatapan sayupnya tak lagi terlihat, senyumnya tak lagi terpancar dan tentu saja hembusan nafasnya sudah tak ada lagi. Suara sirine ambulance mulai terdengar dari kejauhan, setiap orang yang mendengar bunyi itu kaget dan tak percaya saat mengetahui bahwa yang ada didalam ambulance itu adalah bapak Hairul (panggilan sehari-harinya) karena tak ada yang mengetahui bahwa ia sakit dan dirawat dirumah sakit kecuali keluarga. Selama tiga hari ia dirawat di RSUD hanya ibu dan sepupuku yang menjaganya karena kakak-kakak ku berada di perantauan. Setelah kepergiaanya Ibuku harus banting tulang mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan aku dan adik ku karena kelima kakak ku masing-masing menitih kehidupan mereka di rantau orang.
     Delapan tahun berlalu setelah kepergian ayahku, saat ini tepatnya aku berusia 20 tahun dan masih sangat jelas sosok dirinya dilembar kenangan. Tapi aku tak mau terus berlarut-larut dalam kesedihan. Jauh dari orang tua,  jauh dari keluarga memang tak mudah tapi itu semua akan ku lakukan demi membahagiakan ibuku, wanita hebat yang aku punya saat ini. 
  
     UIN alauddin Makassar adalah tempatku menuntut ilmu saat ini dengan prodi jurnalistik. Impian terbesar ku adalah menjadi seorang penulis dan motivator. Bukan tanpa alasan aku memilih cita-cita itu,  aku memilihnya karena berangkat dari perjalanan hidup masa lalu yang sulit aku ingin memotivasi orang lain bahwa, 'tak ada kesuksesan yang bisa diraih tanpa melalui perjalanan panjang nan berliku'. 
   
     Ayah, terima kasih atas apa yang pernah engkau berikan kepadaku semasa hidupmu. Meski saat ini engkau telah tiada namun engkau selalu hidup dalam hati dan fikiran ku. Ibu,  terimah kasih juga ku ucapakan kepadamu karena selama ini engkaulah yang telah membesarkan aku dan menguatkan aku dikala aku lemah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mahasiswa UIN Presentasi Makalah di Jepang

Foto bersama delegasi UIN Alauddin Makassar JurnalKekinian - Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin ...

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here