Aku tak pernah menyangka dikala Sang Kuasa menguji kami dengan ujian yang begitu sulit, bukan hanya ibuku melainkan sulit pula bagi adik-adikku. Tak pernah terlintas dipikiranku atas dasar apa hal itu harus terjadi pada keluargaku tercinta dan aku tak pernah menyalahkan Sang Pencipta.
Sejatinya sebuah keluarga setidaknya mempunyai seorang ayah, seorang ibu dan seorang anak, barulah komplit. Tepat diusiaku yeng menginjak sepuluh pada tahun 2008 sesuatu hal terjadi justru mengubah nasib ku, membela 2 kubu keluargaku, perasaan bingung, gelisah, penuh tanda tanya, apa sebenarnya yang terjadi?, mengapa ibuku selalu meneteskan air mata dikala berbicara dengan ayah, dengan nada suara yang tidak biasanya, ter isak-isak suara seraknya dan ayah berusaha menjelaskan sesuatu seraya berusaha menenangkan ibuku. Pemandangan tak biasa ini kutemui seusai pulang sekolah, melihat ibu menangis akupun mulai ikut menangis tanpa sadar.
Ibuku, malaikat tak bersayap itu dengan sigap merangkulku,, mendekapku dalam peluknya sesaat menyadari aku bersama mereka dari tadi. Seketika saling merangkul, suaraku pun memebesar air mataku tak kuasa kubendung, begitulah ibuku, aku sambil melirik ayah entah mengapa aku merasa jengkel telah membuat Pelindungku menesteskan air matanaya.
Hal itu berlangsung cukup lama tanpa ada suatu percakapan terucap, hingga datang oran-orang berkupul bertanya-tanya, tak terkecuali Bibiku, saudara ibuku menggendongku keluar setelah itu ibukupun keluar dari rumaah membawa tas pula, setelah aku sadar bahwa ibuku tak tinggal disini lagi, aku dan adik-adikku ikut bersamanya.
Beberapa minggu akupun baru sadar bahwa ibuku dimadu, dengan wanita yang tak selayaknya hidup di bumi ini, wanita yang setiap dengar namnaya mulutkupun mengeluarkan kata sumpah serapah.
Aku belum siap berpisah dengan sang ayah, membagi kasihnya dengan wanita selain ibuku, tapi tuhan sudah mentakdirkan demikian, kami hanya tetap terus bertawakkal. Setelah pindah di rumah baru, rumah yang agak sempit, atap bocor dimana-mana, tak jarang bergadang demi menjaga agar rumah tetap kering, adik-adikku tetap tidur dengan nyenyak ibuku bisa telelap melepas lelah kesehariannya.
Aku mulai sadar, aku satu-satunya laki-laki di kkeluargaku, harus jadi pembimbing, pengarah, teman, tempat curhat, tempat belajar bagi adik-adikk. Tak mengapa tak dapat baju baru di hari raya, asalkan dapat senyum indan terlukis di wajah adiku-adikku, tak mengapa tak dapat jajan pada saat sekolah, aslakan dapat melihat adik-adikku belajar dengan perut terisi, tak mengapa aku dipukul oleh guru di sekolah karena terlambat asal jangan adik-adikku.
Aku lakukan hanya untuk keluargaku,ibuku serta adik-adikku, harapaku diumur mereka yang ke 10 kelak tidak seperti aku diumurku yang ke sepuluh dulu.
Langkah awalku telah kumulai tak akan kuakhiri lankah ini hingga Tuhan menyuruhku untuk berhenti, asalakan keluargaku tetap bersamaku dengan kasih cinta merankulku karena aku tahu TUHAN BERSAMAKU.
Penulis : Gufran
NIM : 50500116040
Tidak ada komentar:
Posting Komentar